Ketika kita berbicara akan sebuah perusahaan
maka ada hal-hal yang harus kita cermati dari perusahaan itu atau
misalkan kita ingin melihat apakah sebuah perusahaan dapat dikategorikan
perusahaan yang baik, tentunya kita harus objektif dalam menilai untuk
itu kita wajib mempunyai tool yang jelas agar penilaian tidak bersifat
subjektif ataupun berdasarkan pada suka dan tidak suka yang dikarenakan
oleh sesuatu yang membuat kita tidak bisa secara netral menilai. Sebagai
orang yang berkecimpung pada bidang pengelolaan SDM perusahaan, ketika
diberi tugas untuk menilai perusahaan lain maka seperti biasanya ketika
sebuah perusahaan ingin melakukan banding (compare) terhadap
kompetitornya maka harus ada ukuran-ukuran yang jelas sehingga ketika
data itu didapat selayaknya perusahaan mengevaluasi secara komprehensif
akan posisi kompetitornya. Sementara itu disisi yang lain ketika kita
diberi tanggung jawab untuk mengelola sebuah perusahaan yang baru,
tentunya tidak hanya infrastruktur fisik saja yang dibangun
atau dipersiapkan akan tetapi yang bersifat non fisik juga harus
dipersiapkan, untuk itu tool yang harus dimiliki agar arah pengelolaan
perusahaan sesuai dengan keinginan kita akan dapat terwujud dikemudian
hari.
Adapun tool yang yang digunakan adalah apa yang disebut dengan 7 S yaitu :
- Strategic (strategi), Perusahaan tentu harus punya strategi yang tepat dan biasanya strategi untuk jangka menengah dan panjang, sementara yang dimaksud disini bahwa setiap perusahaan tentu mempunyai Rencana Strategik (Renstra) yang dituangkan dalam tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
- Structure (struktur), didalam perusahaan tentunya mempunyai organisasi yang jelas, hal ini untuk membedakan fungsi kerja dari masing-masing jabatan begitu juga bentuk wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan adanya hubungan sinergis antar jabatan sebagai upaya menjalankan perusahaan secara bersama-sama.
- System (sistim), sebuah perusahaan tentu harus mempunyai prosedur atau langkah kerja yang baku dan prosedur ini merupakan pedoman yang harus dilakukan pada setiap kegiatan didalam perusahaan, untuk menunjang agar operasional dapat berjalan secara lancar, hal ini juga untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang nantinya akan mengakibatkan kerugian di perusahaan.
- Skill (keahlian), sebuah perusahaan tentunya mempunyai kapabilitas dan kompetensi untuk berusaha atau menghasilkan sebuah produk dan untuk menunjang produk yang baik tentu diperlukan juga keahlian yang spesifik agar menjadi perusahaan yang terunggul.
- Share Values (Nilai-nilai budaya kerja), ada nilai-nilai yang harus menjadi pegangan dalam kegiatan operasional perusahaan dan nilai-nilai inilah sebagai kredo perusahaan dan menjadi “pegangan” setiap karyawan atau landasan prilaku karyawan dalam bekerja.
- Staff ( Sumber Daya Manusia ), point ini menjelaskan bahwa sudah seharusnya setiap perusahaan menjadikan SDM sebagai sesuatu yang menjadi keunggulan untuk itu adalah tugas perusahaan melakukan maintenance SDMnya melalui pengembangan secara kontinyu.
- Style (gaya kepemimpinan), maju tidaknya sebuah perusahaan dapat tercermin dari gaya pemimpinan yang diterapkan oleh para pengelola perusahaan terutama yang berada dilini paling atas, cara dan metode pendekatan yang digunakan oleh para pimpinan merupakan kunci keberhasilan dalam mengelola perusahaan.
Dengan
mengkaji lebih dalam mengenai tujuh es ini maka setidaknya akan
memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang harus kita lakukan
dalam mengelola perusahaan, memang bukan perkara mudah untuk menerapkan
ketujuh es diatas karena dibutuhkan banyak pikiran dan waktu serta biaya
yang tidak sedikit agar ketujuh es dapat terwujud minimal adalah secara
konseptual perusahaan sudah memilikinya, dengan demikian maka minimal
perusahaan sudah mempunyai atau melangkah dengan jangkauan pandangan
kedepan. Ada
hal yang menjadi prinsip yang harus kita gunakan sebagai acuan yaitu
mari kita berbuat atau bertindak terlebih dahulu karena dengan demikian
kita akan mengetahui bahwa apa yang kita lakukan sudah benar atau belum
maksimal, yang jelas dengan proses perbaikan berjalan terus ( process
improvement).
Bagi
kita para pengelola SDM perusahaan tentunya sudah dapat mengambil peran
yang benar-benar strategis untuk membangun ketujuh es diatas dan jika
itu memang sudah tersedia maka akan memudahkan kita mengimplementasikan
sesuai dengan peran kita sebagai pengelola SDM. Sebagai contoh adalah
ketika perusahaan sudah mempunyai strategi kedepan maka kita harus
membuat struktur organisasi yang sesuai dengan strategi perusahaan agar
dengan struktur organisasi yang benar maka akan memudahkan membangun
system (SOP) untuk masing-masing unit kerja selain itu kita juga harus
mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan agar dapat mendukung
seluruh aktivitas perusahaan, yah memang bukan pekerjaan yang ringan
namun tetap kita harus mampu melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya.
Banyak
perusahaan yang berjalan sekarang ini terutama perusahaan-perusahaan
yang berbasis keluarga sangat kurang memperhatikan ketujuh es diatas,
karena bagi mereka orientasinya lebih mementingkan keuntungan semata
(profit oriented), selain itu membangun perusahaan dengan acuan tujuh es
diatas tentunya juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, sebenarnya
jika nantinya akan lebih menangguk keuntungan lebih banyak kenapa tidak
dicoba saja. Akan tetapi untuk perusahaan besar baik swasta maupun BUMN
sudah menerapkan ketujuh es diatas karena bagi mereka dalam persaingan
global seperti saat ini, mengelola perusahaan bukan semata mampu
bertahan hidup tetapi juga harus unggul agar bisa bertahan lama, memang
penerapan tujuh es diatas sudah banyak diimplementasikan oleh perusahaan
besar walaupun tidak sesempurna atau seideal yang diinginkan…silahkan
mencoba.
11 SIKAP PEMIMPIN
Ada
sebuah ungkapan yang sering kita dengar yaitu “kegagalan adalah guru
terbaik” atau ada juga yang mengatakan bahwa “kegagalan adalah sukses
yang tertunda”, apapun istilah yang digunakan pada prinsipnya adalah bahwa
setiap kegagalan akan memberikan inspirasi baru untuk menemukan sesuatu
yang baru lagi dan bagi setiap orang yang telah mencoba sesuatu namun
selalu mengalami kegagalan untuk mencapai tujuannya,
sering dimotivasi dengan untuk terus mencoba dan mencoba. Memang semua
berkaitan dengan sikap atau mental dalam menghadapi kegagalan, sikap
pantang menyerah adalah inti dari orang yang selalu berhasil dalam
hidupnya dan yang paling terkenal akan kegagalannya dan selalu dijadikan
inspirasi orang untuk berbuat sesuatu adalah Thomas Alfa Edison,
seperti diketahui beliau dapat menemukan lampu pijar setelah mencoba dan
gagal berulang-ulang hingga mengalami kegagalan sebanyak dua ribu kali,
sebuah jumlah yang mungkin bisa ditiru setiap orang namun
akhirnyasebuah keberhasilan yang fenomenal kala itu, hasil karyanya
tersebut masih kita nikmati sampai saat ini.
Entah
karena didasarkan atas kesuksesan Thomas Alfa Edison kemudian muncul
sebuah ungkapam bahwa kegagalan akan membawa kita pada sebuah kesuksesan. Sukses
atau keberhasilan itu bukan karena terus mencoba dan mendapati
kesalahan yang sama, tetapi sukses dan keberhasilan itu dapat kita raih
karena mampu mengatasi masalah yang terus timbul setiap kali mencoba dan
masalah yang timbul berbeda dari yang sebelumnya, demikian secara terus
menerus kita akan menemukan masalah yang berbeda setiap kali kita
mencoba dan secara terus menerus juga kita mampu mengatasi masalah
hingga pada titik tertentu kita mencapai tujuan yang dikehendaki. Namun
yang akan kita bahas kali ini adalah yang sebaliknya dari uraian diatas
yaitu bahwa didalam hidup kita sehari-hari cenderung mengalami
sikap-sikap yang tidak kita sadari sering membuat kita mengalami
kegagalan, terutama dalam berinteraksi dengan lingkungan, hal ini
berkaitan dengan tugas kita selaku pengelola perusahaan yang selalu
harus setiap berinteraksi baik di lingkungan perusahaan maupun di luar
perusahaan.
Bagaimana dengan saat ini ketika kita berada didalam sebuah perusahaan
dan kita diberi tanggung jawab untuk mengelolanya karena semakin besar
tanggung jawab seseorang di dalam perusahaan, semakin banyak tanggung
jawab yang harus kita emban, agar perusahaan dapat terus berjalan dengan
lancar. Selain pekerjaan yang harus dikelola dengan baik, maka hubungan
dengan para rekan kerja, atasan dan bawahan juga merupakan hal yang
harus dibina sebaik-baiknya. Untuk membina hubungan baik, diperlukan
sikap yang mumpuni sesuai dengan lingkungan pekerjaan kita, baik budaya
maupun adat istiadat disekitarnya.
Adakalanya
kita tidak menyadari bahwa ada sikap-sikap kita yang ternyata menjadi
hambatan utama dan akhirnya membuat kita mengalami kegagalan, untuk itu
ada baiknya kita mengetahui akan beberapa sikap yang harus kita kelola
dengan baik, agar dapat menunjang aktifitas kita sehari-hari didalam
perusahaan dalam mengelola pekerjaan dan bagaimana kita akan berhasil
membangun hubungan dengan orang lain. Hubungan interaksi antar manusia
sangat dipengaruhi oleh sikap kita masing-masing karena sikap-sikap
inilah yang seringkali membuat orang gagal dalam pekerjaannya. Untuk itu
mari kita lihat ada sebelas sikap yang harus mampu kita kelola dengan
baik dan tidak kita lakukan secara berlebihan, yaitu :
1. Arogansi :
satu sikap dari seorang indvidu yang merasa bahwa hanya dirinya saja
yang paling benar dalam melakukan sesuatu sementara apa yang dilakukan
oleh orang lain dianggap tidak benar atau salah. Orang yang mempunyai
sikap seperti ini, sering juga apabila melekat pada seorang atasan, akan
dikonotasikan otoriter dan akibatnya tidak dapat bekerja dalam sebuah
teamwork, seringkali akan ditinggalkan oleh rekan-rekannya maupun
bawahannya.
2. Melograma :
Sikap yang ditunjukkan dapat disamakan dengan selebritis, karena
cenderung selalu ingin menjadi pusat perhatian bagi lingkungannya, baik
bagi rekan-rekannya maupun atasan yang bersangkutan. Kecenderungan
dinilai sebagai orang yang hanya mencari popularitas saja akibatnya
dalam pekerjaannya tidak bisa fokus terhadap apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Volatility :
Sikap ini menyangkut kepada orang yang tingkah lakunya sulit ditebak,
karena dalam sehari-hari biasanya melakukan tindakan atau bersikap
sesuai mood-nya, terkadang orang ini sepertinya suka-suka sendiri atau
semaunya sendiri dalam melakukan sesuatu sehingga akan mengakibatkan
tidak matchnya apa yang dilakukan dengan yang diinginkan orang lain atau
timnya.
4. Excessive Caution :
Sikap ini adalah menyangkut atas adanya rasa takut dalam mengambil
keputusan, hal ini biasanya juga karena terlalu banyaknya mengambil
bahan pertimbangan atau juga ragu-ragu atau bisa juga karena takut akan
resiko. Sikap ini mengakibatkan lambannya proses kegiatan atau dapat
juga akan menghambat semua aktifitas perusahaan dan cenderung safety
player
5. Habitual Distrust :
sikap ini orientasinya kepada hal yang selalu curiga ke orang lain,
rasa tidak percaya yang muncul mengakibatkan tidak lancarnya hubungan
antar rekan kerja, terlebih lagi akan semakin menyulitkan apabila
seorang atasan mempunyai sikap ini dampaknya, seorang karyawan atau
bawahan akan takut melakukan sesuatu karena selalu akan dicurigai.
6. Aloofness : sikap ini adalah cenderung untuk mengasingkan diri dan
sulit dihubungi serta tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, atau
dengan kata lain hanya ingin bekerja sendiri sehingga sikap ini bisa
dikatakan atau sering dengan istilah introvert.
7. Mischievousness :
Sikap yang berorientasi layaknya seorang pemberontak karena bagi orang
seperti ini, peraturan dibuat untuk dilanggar, sehingga cenderung tidak
disiplin, urakan dan tidak mau diatur, selain itu dampaknya adalah sikap
orang ini akan menularkan atau mudah dicontoh orang lain.
8. Eccentricity : Sikap ini berorientasi
selalu ingin berbeda, sehingga terkadang dianggap aneh oleh orang lain
atau sikap seperti ini cenderung melawan arus sehingga adakalanya
dikatakan tidak normal pemikirannya karena itu orang seperti ini tidak
dapat bekerja secara tim.
9. Passive Resistance :
Sikap ini menyangkut sebuah keyakinan yang ada pada seseorang,
kecenderungannya merasa tidak yakin dengan apa yang dia katakan atau
dengan kata lain sebenarnya dia tidak yakin dengan ide yang dimunculkan
oleh dirinya sendiri, sering orang ini hanya bisa melemparkan
pemikirannya namun dia tidak tahu harus mulai darimana.
10. Perfectionism : sikap ini menyangkut
keinginan seseorang akan sebuah kesempurnaan, artinya jika bekerja
harus tidak ada kesalahan sedikitpun sehingga orang seperti ini tidak
toleran terhadap kesalahan akibatnya apapun pekerjaan yang dilakukan
kebanyakan dianggap salah, hanya sedikit yang benar.
11. Eagerness to please :
sikap ini lebih cenderung mengejar popularitas dalam setiap situasi
terkadang orang-orang menyebutnya cari muka atau sok pahlawan atau juga
ingin keberadaannya harus diperhatikan sebagai sosok yang penting dalam
setiap kegiatan.
Dari
sebelas sikap diatas adakah sikap yang sering kita rasakan setiap hari
muncul dalam aktifitas kita dalam mengelola pekerjaan atau kita merasa
bahwa sikap kita sudah benar dan merasa tidak yang mengkomplain kita
atas sikap itu, atau karena kita melakukan sesuatu tanpa kita sadari
sepenuhnya bahwa itu merupakan sikap yang akan membawa kegagalan dalam
pekerjaan kita, sebaiknya kita mampu mengevaluasi diri dan jika merasakannya maka kelolalah dengan baik.
Disisi
lain, sebagai pengelola SDM perusahaan maka kesebelas sikap diatas bisa
dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja para karyawan karena
hambatan-hambatan dari sikap-sikap karyawan sedini mungkin harus segera
diminimalisir atau paling tidak kita sudah mengetahui dari awal tentang
sikap karyawan pada saat rekruitmen dan tentu saja bagaimana kita
menyikapi atas setiap sikap karyawan sebagai upaya perbaikan karena
kegagalan yang dialami karyawan tentu juga adalah kegagalan kita…..
0 komentar:
Posting Komentar