Ada
yang mengatakan bahwa salah satu keberhasilan atau kesuksesan dalam
mengelola Sumber Daya Manusia dalam Perusahaan adalah ketika indikator
Turn over Karyawan rendah, ini berarti kemampuan kita dalam memanage
karyawan sudah memadai. Walaupun bukan satu-satunya indikator namun
beberapa pengelola SDM menilai bahwa indikator ini sangat dipengaruhi
banyak faktor, baik dari internal maupun eksternal perusahaan sehingga
akan sulit mencapai angka turn over rendah namun hal inilah yang dapat
dijadikan tantangan berat bagi para pengelola SDM perusahaan.
Tidak
ada angka pasti untuk turn over yang ideal tetapi semakin tinggi angka
turn over, mengindikasikan adanya persoalan dalam pengelolaan SDM
Perusahaan, agar dapat menekan angka turn over menjadi rendah adalah
dengan mempertahankan karyawan yang secara ideal, mempunyai kinerja
tinggi, pengelola SDM tentu harus kerja ekstra keras terutama memantau
perkembangan gaji diperusahaan lain termasuk didalamnya perusahaan
kompetitor karena hengkangnya karyawan, paling banyak disebabkan oleh
perbedaan gaji yang diterima karyawan pada satu perusahaan dengan
perusahaan lain berbeda, disinilah manfaat dari aplikasi penggunaan
hasil survey gaji. Seperti kita ketahui bersama bahwa pada era
kompetitif seperti sekarang ini, perburuan terhadap orang yang mempunyai
kinerja tinggi akan terus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam
rangka memenangkan persaingan bisnis. Banyak perusahaan yang tidak mau
memeras keringat untuk mengembangkan karyawan supaya berkinerja tinggi
karena berbagai alasan dan yang paling utama adalah kekhawatiran akan
diburu oleh kompetitor sementara harga (cost) untuk mengembangkan
karyawan sangat tinggi artinya perusahaan bisa mendapat rugi duakali.
Akibatnya banyak perusahaan yang langsung mengambil tenaga “jadi” dari
perusahaan lain karena secara matematis akan lebih menguntungkan.
Berbeda
dengan perusahaan yang mempunyai turn over rendah tetapi karyawan yang
ada ternyata tidak mempunyai kinerja tinggi melainkan karyawan dengan
kinerja standar saja atau biasa-biasa saja atau bahkan dibawah standar.
Mungkin bagi perusahaan seperti ini, angka turn over bukan merupakan
indikator keberhasilan namun persoalannya adalah bagaimana meningkatkan
atau mengembangkan karyawannya agar kinerjanya meningkat tetapi sekali
lagi, jika perusahaan berhitung tentang cost pengembangan pegawai dengan
resiko nantinya dibajak juga maka hal ini akan berdampak kepada
pengelola SDM yang kemudian akan menjadi pasif, akibatnya secara umum,
tidak akan meningkatkan kinerja perusahaan. Disisi lain perusahaan yang
mempunyai turn over rendah dengan karyawan berkinerja rendah, boleh
dikatakan angka turn over rendah ini akan bertahan lama karena para
karyawan tidak punya pilihan untuk keluar dan perusahaan akan berjalan
biasa-biasa saja. Bagaimana agar ada perubahan pada perusahaan, apa yang
dibutuhkan, yang jelas untuk merubah diperlukan adanya suatu trigger
yang kuat, dari pengalaman yang saya alami biasanya perusahaan seperti
ini tidak mempunyai sistem yang baku untuk dijalankan sehingga semua
berjalan dan bekerja secara rutin saja. Ketika sistem dibuat dan
dijadikan acuan dalam proses kegiatan perusahaan maka yang terjadi
adalah angka turn over berubah menjadi tinggi, hal ini disebabkan banyak
karyawan yang menyatakan mundur dengan berbagai alasan namun bagi saya
mereka tidak tahan dengan sistem yang dijalankan.
Kasus
diatas ini menjadi menarik karena dengan angka turn over tinggi
sementara karyawan yang ada mempunyai kinerja rendah, setelah ditelusuri
ternyata perusahan ini sudah kelebihan karyawan sementara volume
pekerjaan rendah, dengan demikian, ketika ada karyawan yang keluar maka
tentunya akan berkorelasi dengan kinerja perusahaan, yang saat itu secara
umum mulai ikut naik. Kejadian ini banyak terjadi pada perusahaan yang
mismanajemen sehingga untuk merubahnya diperlukan penanganan yang ekstra
hati-hati, agar tidak merusak sistim yang sudah dibuat.
Bagaimana
dengan perusahaan yang mempunyai angka turn over tinggi dengan karyawan
yang ada mempunyai kinerja tinggi juga, sudah pasti pengelola SDM akan
mempunyai tugas yang berat yaitu harus siap
setiap saat mencari dan merekrut karyawan baru dengan kriteria mempunyai
kinerja tinggi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, agar kinerja
perusahaan mampu dipertahankan. Sebaliknya apabila karyawan tersebut
merupakan hasil pengembangan internal perusahaan maka hal ini tentu akan
menjadi pekerjaan rutin lagi bagi pengelola SDM perusahaan agar
merekrut tenaga yang berkinerja standar untuk dikembangkan lagi,
demikian seterusnya berulang-ulang. Bagi perusahaan yang seperti ini,
loncatnya karyawan yang telah dikembangkan sedemikian rupa, bukan
merupakan sebuah persoalan yang merugikan tetapi mereka lebih melihat
jauh kedepan dan mempunyai nilai strategis bagi perusahaan.
Banyak
pertanyaan yang muncul ketika sebuah perusahaan dengan tenang melepas
karyawan-karyawan terbaiknya untuk bekerja di perusahaan lain yang
notabene adalah kompetitornya, jika kita melihat ini tentu pertanyaan
akan muncul dari orang-orang yang selama ini selalu menghitung biaya
pengembangan sebagai sebuah cost tinggi tanpa melihat nilai strategisnya
kedepan. Nilai strategis yang seperti apa yang diharapkan perusahaan
tersebut, menurut pemikiran saya, nilai tambah yang diambil adalah :
1. Dengan
diambilnya karyawan oleh perusahaan lain apalagi sebagai kompetitornya
maka perusahaan tersebut tentu saja sudah dapat mengukur kekuatan
kompetitornya sehingga daya saing semakin dapat dipertahankan.
2. Masuknya
karyawan baru untuk dikembangkan akan menghasilkan daya inovatif
tersendiri sehingga perusahaan akan terus berkembang dengan ide-ide baru
yang original.
3. Apabila
ada perusahaan lain yang berani melakukan transfer karyawan tentu ini
punya nilai keuntungan tersendiri secara finansial, disisi lain
perusahaan tidak mengeluarkan dana samasekali ketika karyawan keluar
dari perusahaan,
Ada
juga perusahaan yang mempunyai angka turn overnya rendah namun didalam
perusahaan banyak karyawan yang berkinerja tinggi dan mereka tidak
mempunyai keinginan untuk pindah ke perusahaan lain walaupun gaji yang
diterima lebih rendah dari karyawan yang berada
di perusahaan kompetitornya. Sebenarnya inilah perusahaan yang ideal
namun perusahaan seperti ini sangat sedikit sekali, apalagi di era
keterbukaan komunikasi saat ini tentu memudahkan seseorang untuk
memonitor perusahaan lain, Kunci sukses perusahaan seperti ini adalah
adanya budaya kerja yang diterapkan di perusahaan yang membuat betah
bekerja, bagi karyawan di perusahaan ini, gaji bukan nomor satu, tetapi
rasa kebersamaan dan kekeluargaan lebih membuat karyawan nyaman bekerja.
Membangun budaya kerja seperti inilah yang menjadi tantangan bagi kita
semua pengelola SDM perusahaan.
Sekali
lagi turn over bukan satu-satunya indikator keberhasilan dalam
mengelola SDM tetapi yang paling utama adalah bagaimana meningkatkan
kinerja perusahaan atau mempertahankan kinerja perusahaan agar tetap
tinggi walaupun dengan kondisi adanya frekwensi keluar masuk karyawan
yang tinggi, untuk itu kerja keras para pengelola SDM dalam
mempertahankan karyawan yang ada dengan segala kemampuannya namun sekali
lagi kompetitor tidak akan pernah tinggal diam, jadi kembali kepada
kita lagi, harus bagaimana menyikapinya.